
Peningkatan Ekspansi Kawasan Industri di Indonesia
Pengembangan kawasan industri di Indonesia terus mengalami peningkatan, khususnya pada tahun 2025. Hal ini terjadi di tengah momentum perang tarif global yang memicu sejumlah perusahaan untuk mencari lokasi baru yang lebih menguntungkan. Perluasan kawasan industri ini tidak hanya terjadi di wilayah barat, tetapi juga merata hingga wilayah timur Indonesia.
Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI), Akhmad Ma'ruf Maulana, menyampaikan bahwa kondisi ini mendorong relokasi dan ekspansi pabrik dari berbagai negara, termasuk Tiongkok, Jepang, Korea, hingga Uni Eropa. Ia menambahkan bahwa saat ini banyak perusahaan yang mulai beralih dari pulau Jawa ke daerah lain seperti Kepulauan Riau dan wilayah timur Indonesia, yang semuanya sedang dalam proses ekspansi.
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi dalam bidang perumahan, kawasan industri, dan perkantoran meningkat sebesar 19,2% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp75 triliun pada semester pertama tahun 2025, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp62,9 triliun. Meskipun demikian, HKI belum memberikan data spesifik mengenai realisasi investasi khusus di kawasan industri hingga pertengahan tahun ini.
Akhmad Ma'ruf Maulana menjelaskan bahwa peningkatan penjualan dan sewa lahan industri cukup pesat dibandingkan tahun lalu. Bukan hanya pembelian lahan yang meningkat, tetapi juga sewa lahan yang menunjukkan pertumbuhan signifikan. Ia menegaskan bahwa semua pemilik kawasan industri di seluruh Indonesia sedang melakukan ekspansi.
Selain itu, HKI juga melihat bahwa ekspansi kawasan industri didorong oleh kinerja industri pengolahan yang menunjukkan pertumbuhan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sektor manufaktur tumbuh sebesar 5,6% pada triwulan kedua tahun 2025, yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12% pada periode yang sama tahun lalu.
Secara detail, sektor industri makanan dan minuman, logam dasar, serta kimia, farmasi, dan obat tradisional memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan manufaktur, dengan kontribusi sebesar 5,68% YoY. HKI mengapresiasi capaian ini karena menunjukkan bahwa sektor industri tetap menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi nasional. Capaian ini juga memberikan sinyal positif bagi para investor bahwa Indonesia adalah destinasi investasi yang prospektif dan kompetitif.
Dalam hal ini, HKI menyadari peran penting pengembang kawasan industri dalam menarik investor. Oleh karena itu, penyediaan infrastruktur dan lahan siap pakai menjadi fokus utama, serta kepastian efisiensi melalui utilitas, pengelolaan lingkungan, hingga fasilitas logistik yang terintegrasi.
HKI percaya bahwa jika seluruh investasi yang masuk dapat difasilitasi dengan baik, perizinan dipercepat, dan dukungan lintas kementerian serta pemerintah daerah terus terjalin, maka target pertumbuhan ekonomi 8% bukan hanya sekadar harapan, tetapi dapat menjadi kenyataan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!